Kamis, 26 Januari 2017

LAPORAN HASIL PENELITIAN TANAH LONGSOR DI TRENGGALEK



LAPORAN HASIL PENELITIAN
TERJADINYA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN TRENGGALEK




Disusun Oleh:
Allien Agatha Inari                      (04)
Nisrina Fauziyah Fahrudin        (23)

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMAN 1 TRENGGALEK
Jalan Soekarno-Hatta No. 13 TRENGGALEK 66311
TELP. (0335) 791401
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
                                 LEMBAR PENGESAHAN

Penyusun laporan hasil penelitian dengan tema “Terjadinya Tanah Longsor di Kabupaten Trenggalek”
Disusun oleh :
1.      Allien Agatha Inari                 (04)
2.      Nisrina Fauziyah Fahrudin      (23)
Kelas:  X-IPS 1











Mengetahui,
Kepala Sekolah                                                                       Pembimbing                         


Drs. Sugeng Riyono, M. Pd.                                              Suprapto, S.Pd.
NIP. 19630507 198702 1 005                                            NIP.


PERSEMBAHAN DAN MOTTO

PERSEMBAHAN
Laporan hasil penelitian ini dipersembahkan kepada :
1.     Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Trenggalek
2.     Pembimbing, guru-guru dan staf karyawan SMA Negeri 1 Trenggalek.
3.     Orang tua dan keluarga yang telah mendukung dan memberikan semangat sampai selesainya pelaksanaan penelitian.
4.     Teman-teman X-IPS 1
5.     Adik-adik kelas yang akan melaksanakan kegiatan penelitian untuk program kegiatan periode selanjutnya.

MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Q.S Al-Insyirah 7-8).











KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan restu-Nya kami dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul “Terjadinya Tanah Longsor di Kabupaten Trenggalek” dengan tepat waktu.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.     Bapak Sugeng Riyono selaku Kepala SMAN 1 Trenggalek.
2.     Kedua orang tua kami.
3.     Teman-teman kelas X-IPS 1.
Pada laporan hasil penelitian ini, kami diharuskan untuk mengetahui dan memahami penyebab tanah longsor yang kerap terjadi di Kabupaten Trenggalek.
Laporan ini kami kerjakan untuk memenuhi nilai mata pelajaran geografi yang diberikan beberapa waktu yang lalu. Selain itu, dengan adanya tugas ini kami dapat mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan penelitian geografi.
Kami berharap laporan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai penyebab, akibat, dan solusi dari terjadinya tanah longsor dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk dari isi yang salah agar menjadi lebih baik lagi.




                                                                   Trenggalek, 02 November 2016


                                                                                Penyusun


ABSTRAK

Tanah Longsor merupakan gerakan massa tanah pembentuk lereng. Penyebab dan sifat dari gerakan massa tanah atau longsor umumnya tidak bisa terlihat, karena penyebabnya tertutup oleh endapan geologi dan sistem air tanah. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor utama penyebab longsor dan mengetahui nilai faktor aman stabilitas lereng  tanpa pengaruh muka air tanah dan dengan pengaruh muka air tanah di Desa Pucanganak Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek.

Variabel yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan peta meliputi curah hujan, kemiringan lereng, geologi, jenis tanah dan penggunaan lahan. Penyelidikan tanah dilakukan dengan pengujian hand boring di lapangan dan uji karakteristik material di laboratorium. Analisis numeris stabilitas lereng dilakukan dengan menggunakan aplikasi Geo Slope/W pada lereng tanpa pengaruh muka air tanah dan dengan pengaruh muka air tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor curah hujan berada pada 1108,5-2855,5 mm/tahun. Faktor kemiringan lereng berada di kemiringan 0-15%. Faktor geologi berada di formasi (Tmb), yaitu jenis batuan diorit, diorit kuarsa, granodiorit, dan adamelit. Faktor jenis tanah berada pada jenis tanah brown forest soil, alluvial serta alluvial hidromorf. Faktor penggunaan lahan berupa lahan pertanian kering campur semak. Berdasarkan hasil analisis numeris, faktor keamanan tanpa pengaruh muka air pada lima lokasi pengujian yaitu FK = 1,012-1,869. Faktor keamanan dengan pengaruh muka air pada lima lokasi pengujian yaitu FK = 0,865-1,627



DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan...................................................................   01
Halaman Persembahan dan Motto...............................................   02        
Kata Pengantar ............................................................................   03  
Abstrak.........................................................................................   04      
Daftar Isi ....................................................................................... 05    
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................    06              
B. Identifikasi Masalah .............................................................    08  
C. Tujuan Penelitian..................................................................    08          
D. Manfaat Penelitian................................................................    08
Bab II Metodologi Penelitian
          A. Populasi dan Penentuan Sampel Penelitian...................    09          
          B. Metode Pengumpulan Data............................................    09          
          C. Model Analisis...............................................................    10
Bab III Pembahasan
         A. Lokasi sebaran area kejadian longsor................................ 11           
         B. Karakter dan pola tanah atau area yang terjadi.................  11           
         C. Penyebab-penyebab terjadinya longsor.............................. 11         
         D. Fakfor-faktor penyebab utama terjadinya longsor.............. 13
Bab IV Penutup
          A. Kesimpulan...................................................................     15                    
          B. Saran .............................................................................     15
Daftar Pustaka.............................................................................     17
Lampiran......................................................................................     18


BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG

Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut. Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.

Daerah Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur khususnya Desa Pucanganak Kecamatan Tugu merupakan contoh dari banyak daerah di Indonesia yang rawan terhadap proses longsor. Desakan akan kebutuhan lahan baik untuk penggunaan pertanian dan non pertanian telah memaksa penduduk yang tinggal di wilayah tersebut untuk memanfaatkan lahan perbukitan dan pegunungan yang rawan terhadap tanah longsor. Kurangnya pemahaman atas perilaku proses longsor telah mengakibatkan kegiatan konservasi yang dilakukan tidak sesuai dengan proses ataupun tingkat bahaya longsor yang terjadi. Maka untuk itulah diperlukan identifikasi penyebab longsor agar dapat diketahui penyebab utama longsor dan mengetahui berapa besar faktor keamanan pada lereng tersebut.



























B.   IDENTIFIKASI MASALAH

1.        Bagaimana lokasi sebaran area kejadian longsor di daerah penelitian?
2.        Bagaimana karakter dan pola tanah atau area yang mengalami longsor di daerah penelitian?
3.        Apa penyebab-penyebab terjadinya longsor di daerah penelitian?
4.        Apa fakfor-faktor penyebab utama terjadinya longsor di daerah penelitian?

C.   TUJUAN PENELITIAN

1.     Mengetahui lokasi sebaran area kejadian longsor di daerah penelitian.
2.     Mengetahui karakter dan pola tanah atau area yang mengalami longsor yang terjadi di daerah penelitian.
3.     Mengidentifikasi dan mengevaluasi penyebab-penyebab terjadinya longsor di daerah penelitian.
4.     Menentukan fakfor-faktor penyebab utama terjadinya longsor di daerah penelitian.

D.   MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang gambaran penyebab-penyebab longsor berdasarkan kejadian longsor yang telah terjadi sehingga mampu menjadi rujukan dalam pencegahan dan mitigasi bencana tanah longsor












BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

A.   POPULASI DAN PENENTUAN SAMPEL PENELITIAN

Di antara kecamatan-kecamatan di Trenggalek yang rentan gerakan tanah tingkat menengah hingga tinggi, yakni Kecamatan Bendungan, Kecamatan Trenggalek, Tugu, Durenan, Karangan, Pule, Punggul, Kambak, Watulimo dan Munjungan.
Jalur jalan yang berada pada Kecamatan Sawoo sampai dengan Kecamatan Tugu merupakan satu-satunya jalur penghubung antara Kabupaten Ponorogo dengan Kabupaten Trenggalek. Panjang jalur tersebut ± 16 Km, serta  merupakan jalur provinsi penghubung kedua kabupaten tersebut. Pada musim hujan, jalur ini rawan terhadap bencana longsor. Melihat kondisi wilayah tersebut ada  beberapa tempat yang mempunyai potensi rawan longsor. Namun permasalahannya lokasi rawan longsor pada jalur tersebut hingga saat ini belum teridentifikasikan dan belum terpetakan. Akibatnya belum ada penanganan yang tepat untuk mengatasi bahaya longsor tanah karena penanganan setiap tipe longsor berbeda satu dengan dengan yang lainnya.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik medan daerah penelitian, lokasi-lokasi yang berpotensi terjadinya longsor tanah, serta kemungkinan tipe longsor tanah yang berkembang di sepanjang jalur Ponorogo–Trenggalek.


B.     METODE PENGUMPULAN DATA

Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Berdasarkan jenisnya penelitian ini bersifat deskriptif. Subjek penelitian dispesifikan pada daerah rawan longsor di sepanjang jalur jalan Ponorogo–Trenggalek yang melintasi Desa Sawoo Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo sampai Desa Pucanganak Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. Identifikasi daerah rawan longsor diamati berdasarkan beberapa variabel yaitu kemiringan lereng, pemusatan mata air, tingkat pelapukan tanah, kerapatan kekar, kedalaman pelapukan, struktur lapisan batuan, permebilitas tanah, indeks plastisitas, tekstur tanah, penggalian tebing dan vegetasi penutup.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan dan studi-studi yang menyeluruh tentang keruntuhan lereng, maka dibagi tiga kelompok rentang faktor keamanan (SF) ditinjau dari intensitas kelongsorannya (Bowles, 1989 dalam Suludani, 2011), seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel. 1 Hubungan Nilai Faktor Keamanan Lereng dan Intensitas Longsor (Bowles, 1989 dalam Suludani, 2011).
Nilai Faktor Keamanan 
Kejadian/Intensitas Longsor 
F < 1,07 
Longsor sering terjadi (lereng labil) 
F = 1,07-1,25 
Longsor pernah terjadi (lereng kritis) 
F > 1,25 
Longsor jarang terjadi (lereng relatif stabil) 

Faktor penyebab longsor dideskripsi berdasarkan pengamatan dan peta-peta seperti peta curah hujan, kemiringan lereng, geologi, jenis tanah, dan penggunaan lahan. Dan pada penelitian stabilitas lereng digunakan juga jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka yang didapatkan dari hasil uji tanah di lapangan dan di laboratorium, serta menganalisis faktor keamanan lereng dengan menggunakan software Geo Slope/W.

C.   MODEL ANALISIS

Analisis dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan peta, tabel dan literatur-literatur selanjutnya dikombinasikan dengan kondisi langsung di lapangan sehingga dapat diketahui penyebab kejadian longsor.











BAB III
PEMBAHASAN

A.   LOKASI  SEBARAN AREA KEJADIAN LONGSOR
Enam kecamatan di Kabupaten Trenggalek terjadi longsor yang disebabkan curah hujan diatas batas normal. Kecamatan itu antara lain, Bendungan, Pogalan, Trenggalek, Karangan, Tugu dan Gandusari. Banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Trenggalek terjadi karena di daerah tersebut banyak daerah perbukitan yang sedang dan terjal, sedangkan daerah datar sedikit sekali, sehingga secara otomatis bila diguyur hujan deras, maka terjadi tanah longsor. Daerah-daerah tersebut kondisi tanahnya sangat rentan, sehingga terjadi gerakan tanah, dan juga kemiringan lerengnya akan semakin membuat daerah tersebut menjadi labil, terutama jika dipicu oleh hujan lebat.


B.     KARAKTER DAN POLA AREA YANG MENGALAMI LONGSOR 
Hasil penelitian menunjukkan daerah penelitian mempunyai karakteristik lahan kemiringan lereng terjal, terdapat 1 pusat mata air, tingkat pelapukan batuan lapuk sedang, kerapatan kekar rapat, kedalaman pelapukan agak dangkal, struktur perlapisan batuan sedang, permeabilitas tanah tinggi, indeks plastisitas tanah sedang, terkstur tanah lempung berpasir, penggalian tebing dangkal di kaki lereng serta penutup lahan berupa kebun. Tingkat kerentanan bahaya longsor tanah tanah terbagi menjadi 3 kriteria yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil pengolahan serta analisis data menunjukkan bahwa pada daerah penelitian didominasi krtiteria tingkat kerentanan bahaya longsor sedang dengan luas 24,99 km² pada satuan medan V6.III.Sh, V3.II.P, V3.III.P, V3.III.Kb, A2.II.Ps, A2.II.Pk, A2.II. Ptks, tinggi dengan luas 6,569 km² pada satuan medan V3.III.Tl, V3.III.BS , V3.III.Ptks, serta rendah dengan luas 1,928 km² pada satuan medan V6.II.Sh dan V3.II.Tl. Tipe longsor yang berkembang pada daerah penelitian adalah Jatuhan, robohan, longsoran, dan rayapan tanah. Sedang kriteria longsor terbagi menjadi amblesan jalan dan longsoran tebing.



C.   PENYEBAB - PENYEBAB TERJADINYA TANAH LONGSOR

1.      Curah Hujan Tinggi

Data curah hujan bulanan pada daerah penelitian berdasarkan data pencatatan hujan tahun 2013-2016 seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. 


2.      Hancurnya Bebatuan

Batu yang rentan longsor adalah bebatuan yang berada di lereng, dengan jenis batu yaitu sedimen kecil dan batuan endapan yang berasal dari gunung berapi. Biasanya batu di lereng itu sifatnya lapuk atau tidak memiliki kekuatan dan mudah hancur menjadi tanah, inilah pemicu terjadinya tanah longsor.

3.      Penggunaan Lahan Yang Berlebihan

Sebagian besar didominasi oleh semak belukar, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak, dan pemukiman. Daerah hutan sebagai penahan air sangat kurang pada daerah yang mengalami longsor.

4.      Getaran

Getaran kecil yang disebabkan oleh lalu lintas kendaraan di sekitar lereng perbukitan, tidak secara langsung mengakibatkan tanah jadi longsor. Tetapi berproses, pertama jalanan di lereng bukit yang sering dilewati kendaraan perlahan akan mengalami keretakan yang jika dibiarkan, lama-lama akan longsor. Sementara getaran besar yang langsung menyebabkan tanah longsor antara lain diakibatkan oleh bahan peledak atau gempa bumi.

5.      Lereng dan Tebing yang Terjal

Proses pembentukan lereng atau tebing terjal adalah lewatnya angin dan air di sekitar lereng yang berdampak pada pengikisan lereng tersebut. Waspada jika di sekitar tempat tinggal terdapat tebing atau lereng terjal, karena rawan tanah longsor.

6.      Menumpuknya Material

Banyak warga yang ingin melakukan perluasan pemukiman dengan cara menimbun lembah atau memotong tebing. Tanah yang digunakan untuk menimbun lembah, belum benar-benar padat, jadi tatkala proses terjadinya hujan tiba-tiba mengguyur dapat menimbulkan retakan dan permukaan tanah yang turun.

7.      Longsoran Lama

Dalam memilih daerah tempat tinggal, hindari daerah yang pernah mengalami tanah longsor karena daerah tersebut rawan longsor kembali. Tanahnya rentan gugur apalagi bila ada tekanan dari angin, air, dan lainnya.

8.      Kelebihan Beban

Adanya beban yang terlampau berat akan memberi tekanan pada tanah, sehingga tanah mudah longsor. Contohnya adalah adanya rumah, pemukiman di lereng, kendaraan yang lalu lalang di tikungan lembah.

9.      Tanah Tak Padat

Tanah yang tidak padat contohnya adalah tanah liat. Sifat tanah yang pecah ketika pada pembagian musim seperti musim kemarau atau kering melanda dan lembek saat terkena curah hujan tinggi menyebabkan rawan mengalami longsor. Tanah yang kurang lebih ketebalannya 2,5 meter akan longsor jika terdapat pada kemiringan atau sudut lereng 220°.


D.   FAKTOR - FAKTOR UTAMA PENYEBAB LONGSOR

1.      Curah Hujan

Faktor curah hujan memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap longsor. Hal ini berdasarkan data curah hujan terendah 1108,5 mm/tahun dan yang tertinggi yaitu 2855,5 mm/tahun.

2.      Kemiringan Lereng

Faktor kemiringan lereng yang berada pada lokasi penelitian terletak di kemiringan 0-15%, memiliki tingkat kerawanan rendah terhadap longsor.

3.      Geologi

Berdasarkan peta geologi formasi geologi Desa Pucanganak dikelompokkan menjadi dua formasi yaitu: (Tmb) tersusun dari diorit, diorit kuarsa, granodiorit, dan adamelit serta (Qpl) tersusun dari batu lempung kelabu, batu pasir berbutir halus hingga kasar serta kerikil.


4.      Jenis Tanah

Desa Pucanganak memiliki dua jenis tanah, dimana jenis tanah brown forest soil, aluvial, aluvial hidromorf mendominasi daerah penelitian dengan luas 131,796 ha (86,42%) sedangkan jenis tanah mediteran merah kuning, dan latosol memiliki luas 20,715 ha (13,58%).

5.      Penggunaan Lahan

Sebagian besar didominasi oleh semak belukar dengan luas 69,81 ha (45,77%), pertanian lahan kering dengan luas 51,82 ha (33,98%), pertanian lahan kering campur semak dengan luas 23,55 ha (15,44%), dan pemukiman 7,33 ha (4,8%).

6.      Pemetaan Tingkat Kerawanan Longsor

Pemetaan tingkat kerawanan longsor diperoleh melalui overlay dari beberapa peta yang digunakan sebagai parameter fisik faktor penyebab terjadinya longsor. Peta-peta yang digunakan dalam parameter tersebut meliputi peta curah hujan, peta kelas lereng, peta jenis tanah, peta geologi, dan peta penggunaan lahan. Penetapan tingkat kerawanan longsor dilakukan dengan cara memberikan bobot atau nilai pada setiap parameter penyebab terjadinya longsor.

Tabel 2 Hasil Analisis Sebaran Luas Tingkat Kerawanan Longsor
           
No 
Tingkat Kerawanan 
Luas (Ha) 
Persentase (%) 
1 
Tidak Rawan 
55,062 
36,10 
2 
Rawan 
50,051 
32,82 
3 
Sangat Rawan 
47,399 
31,08 


Jumlah 
152,511 
100 







BAB IV
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Dari laporan yang kami buat dapat menarik kesimpulan, diantaranya: tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai factor alami dan manusia.
Terjadinya bencana alam tanah longsor ini dapat diminimalkan dengan memberdayakan masyarakat untuk mengenali tipologi lereng yang rawan longsor, gejala awal longsor, serta upaya antisipasi dini yang harus dilakukan, sehingga pengembangan dan penyempurnaan manajemen mitigasi gerakan tanah baik dalam skala nasional, regional maupun lokal secara berkelanjutan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan menggalang kebersamaan segenap lapisan masyarakat.


B.   SARAN
Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harus mengetahui jenis-jenis bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencana dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Kami sampaikan kepada semua pihak untuk mengantisipasi dan penanggulangan bencana agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, korban meninggal dan kerugian harta benda yang besar.
1.      Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan pelestarian lingkungan, karena sebagian bencana yang terjadi diakibatkan oleh kerusakan lingkungan.
2.      Sedapat mungkin tidak tinggal di tempat atau daerah rawan bencana, agar tidak terjadi  korban dan kerugian yang besar.
3.      Masyarakat pada umumnya harus mengetahui baik melalui Media Elektronik (radio, TV dan internet) maupun Media Cetak (buku literature, surat kabar, majalah) tentang bencana-bencana yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi atau menyelamatkan diri.























DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum, 2007, Pedoman          Penataan Ruang Kawasan Bencana Longsor, Jakarta.
           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar