Minggu, 16 Oktober 2022

Hidup Lebih Mudah, Jika Tetap Maju untuk Terus Berinovasi dan Bernilai Bersama Polytron

Sejenak mata ini masih membiasakan puluhan titik cahaya yang masuk ke dalamnya. Sedikit demi sedikit saya bisa melihat atap rumah jadul yang tidak berubah sejak tahun 30-an ini. Memang suasana khas rumah pedesaan di kabupaten kecil selalu terasa indah. Sekarang saya berada di Desa Ngares Kabupaten Trenggalek, sebuah desa yang penuh kenangan di dalamnya, karena di sinilah keluarga dari ayahku tinggal.


 

Wis ndhuk gek ndang adang nasi” –“Sudah, ayo nak segera menanak nasi”, kata nenekku yang mencoba memberikan periuk besar kepadaku.

Pemikiran orang dulu memanglah unik. Tak habis pikir kenapa di jaman seperti ini masih tetap mempertahankan sistem masak yang lama itu. Dengan sedikit malas akupun beranjak dan mulai mengambil beras hasil panen sendiri itu.

Sing tradisional mesti luwih enak, apa maneh kasile tanah dhewe” – “Yang tradisional musti lebih enak, apalagi kalau hasil tanah sendiri”, nenek kembali menyadarkan lamunanku, entah darimana ia bisa tahu bahwa aku sedang memikirkan hal itu. 

 

Nasi ini tidak sepenuhnya bersih dan putih seperti yang dijual di supermarket besar di kota, tapi entah mengapa ketika jadi rasanya tak kalah enak, walaupun kadang ada kerikil yang ikut masuk ke dalam mulutku.

Sudah sekitar 30 menit aku menunggu beras itu berubah jadi nasi, tapi apa daya, api yang tidak konsisten dalam menyalakan apinya tentu tidak akan mudah bagi beras untuk mematangkannya.

Aku jadi teringat ketika pernah melakukan ekspedisi ke salah satu daerah 4T yang berada di Kalimantan Timut. Boro-boro ada listrik, wudhu dan mandi saja harus ke sungai karena minimnya infrastruktur yang ada di sana. Namun, memiliki aliran listrik bukanlah hanya sebuah angan. Melihat segala keterbatasan tersebut, warga beserta pemerintah setempat akhirnya memanfaatkan limbah industri kelapa sawit. Energi ini bisa menghasilkan kapasitas listrik yang lumayan besar, sekitar 500MW.

Berdasarkan itulah, aku tetap yakin bahwa tidak ada yang namanya tertinggal jika kita terus berusaha untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Tidak ada yang namanya kuno jika kita terus berinovasi.

Tekad dalam diriku akhirnya semakin kuat. Beberapa hari kemudian kubelikan nenek sebuah rice cooker merk Polytron agar hari-harinya tidak harus terkuras banyak di dapur. Ada alasan dibalik mengapa aku membeli rice cooker merk ini, selain harganya terjangkau, desain, dan kualitasnya terbaik. Sistem pemanas dari 3 arahnya menjadikan nasi lebih cepat matang dengan hasil pulen.

Ia pun dengan tidak begitu gembira menyambut benda tersebut menghiasi rumah.

Aku tidak sepenuhnya menyalahkan keadaan tersebut. Seperti halnya ketika pandemi COVID-19 yang benar-benar mengganggu kehidupan kita di tahun 2020, banyak orang yang mengungkapkan diri mereka sebagai Creature of Habit, dimana rutinitas yang biasa dilakukan akan terasa tidak nyaman.

Perusahaan tutup, keluarga tinggal di rumah, jadwal yang biasanya penuh jadi lebih lengang. Mungkin itu adalah penyesuaian yang sulit bagi banyak dari kita. Namun sekarang, kita berada di tengah perubahan besar berikutnya saat kantor dibuka kembali untuk lingkungan kerja yang sepenuhnya tatap muka atau hybrid. Meskipun kedengarannya cukup mudah, ini akan menjadi transisi sulit bagi semua orang yang menghabiskan tahun lalu membentuk kebiasaan baru yang bekerja dari rumah. Namun, nyatanya kita hanya takut memikirkan hal itu hingga new normal berjalan begitu saja.

Pertumbuhan bukanlah proses yang sederhana, bukan hanya garis lurus yang mengarah dari A ke B. Tapi kenapa? Karena pastinya kita ingin tumbuh menjadi sesuatu yang baru, membebaskan diri dari cara hidup saat ini.

Lihat saja dari merk rice cooker tadi. Sejak dimulai pada tahun 1975, perusahaan yang merupakan anak dari pabrik tembakau tersebut justru ingin sesuatu yang berbeda, yaitu memproduksi produk elektronik. Dari yang awalnya hanya mempekerjakan 14 orang lulusan SMA, akhirnya berhasil meluncurkan produk televisi pertama mereka. Perjalanan menjadi yang terbaik pun tidak berhenti di sini. Produk tersebut pun gagal setelah beberapa waktu. Mereka menyadari bahwa memang tidak mudah bagi pabrik tembakau yang mencoba mendominasi industri elektronik.

Dari yang awalnya kembali meluncurkan produk TV hitam putih, Polytron berkembang dengan mengembangkan teknologi TV berwarna hemat energi dalam berbagai ukuran. Pada saat itu tentunya hal tersebut merupakan hal yang sangat dilirik pasar dunia. Hingga Polytron dapat mengekspor produknya ke luar negeri.

Kini produk Polytron menjadi merk yang tak lagi asing didengar. Merk lokal pun ternyata bisa memangsa pasar dunia. Polytron adalah produk dalam negeri yang dapat bertahan dari ombak pasang surut industri elektronik Indonesia.

Dari hal itu, aku menyimpulkan bahwa pertumbuhan dan inovasi seringkali tidaklah nyaman, tetapi itu perlu.

Hingga akhirnya nenekku mengakui bahwa hidupnya lebih terbantu dengan produk elektronik tersebut. Tak ada lagi yang namanya buang-buang waktu. Hal modern bukan menjadi penghancur yang tradisional, namun justru pembuka makna akan pentingnya berinovasi dan bernilai.

www.polytron.co.id

Sabtu, 22 Januari 2022

Studi Kejepangan, jurusan apa tuh?


Bulan Januari pastinya bakal jadi bulan penentuan jurusan buat kalian yang mau masuk perguruan tinggi. Ada gak sih di antara kalian yang masih bingung buat nentuin jurusan yang sesuai dengan minat dan keuntungan yang didapat ke depannya? Buat yang suka bahasa dan sastra, atau jejepangan pasti tertarik buat masuk ke salah satu jurusan yang ada di dalamnya. Tapi kalian udah tau belum tentang program Studi Kejepangan? Apa ya bedanya dengan yang lain? Simak artikel berikut, ya!

Studi Kejepangan adalah salah satu jurusan kuliah yang berfokus pada kajian mendalam mengenai Jepang. Berbeda dengan pendidikan bahasa Jepang yang lebih memfokuskan pada cara agar materi bahasa Jepang yang dimiliki dapat tersalurkan dengan baik kepada orang lain, atau sastra Jepang yang memfokuskan pada seni sastra yang ada di dalamnya, Studi Kejepangan memiliki cakupan atas sastra, budaya, dan linguistik bahasa Jepang. Berbagai bidang seperti masyarakat, sejarah maupun pemikiran Jepang juga dipelajari di sini.

Kalian termasuk orang yang ingin masuk jurusan bahasa tapi belum punya basic-nya? Eitss, tenang aja, di jurusan ini kalian bakal dapet materi dasar tentang bahasa Jepang selama satu semester. Selain itu, biasanya dari organisasi mahasiswa sendiri sering mengadakan kelas sebagai wadah belajar bersama. Jadi, pastinya kalian ga perlu pusing buat melangkah ke jenjang selanjutnya dari mimpi kalian!

Selama perkuliahan, kalian bakal ga asing lagi nih sama istilah-istilah mata kuliahnya karena semua menggunakan bahasa Indonesia. Contohnya, dulu ada mata kuliah yang namanya Kanji Nyuumon, sekarang udah ganti jadi “Pengantar Kanji”. Di sini kalian juga bakal nemuin mata kuliah entertainment, loh! Contohnya, ada mata kuliah kaligrafi Jepang yang tiap pertemuannya kalian bisa belajar ngelukis pakai kuas Jepang asli.

Buat jurusan bahasa-bahasa asing, native speaker tentunya udah jadi hal wajib. Oleh karena itu, tiap semesternya kalian bakal punya kenalan orang Jepang yang berbeda. Nanti kalian bakal ngelakuin hal seru bareng yang cuma bisa kalian dapetin di sini, contohnya kaya belajar bungkus kado ala Jepang atau praktik tata cara minum teh Jepang yang terkenal itu. Tenang aja, mereka ga serem kok, kan masih sama-sama manusianya, hehe. Berdasarkan pengalamanku nih, mereka biasanya justru malu-malu dan ramah gitu orangnya. Kalian juga boleh loh ngajak mereka jalan-jalan atau ngobrol di luar jam perkuliahan.

Ini nih part yang ditunggu-tunggu, prospek kerja. Kalau kalian ragu dengan jurusan ini karena prospek kerjanya sedikit, itu salah besar! Studi kejepangan sifatnya lebih fleksibel daripada jurusan bahasa yang lain. Kalian bisa jadi guru, penerjemah lisan maupun tulisan (translator), interpreter, caregiver, tour guide, leksikografer, dan masih banyak lagi! Buat penempatannya sendiri, kalian juga bisa loh kerja di perusahaan Jepang di Indonesia, mengingat sekarang kan tambah banyak perusahaan Jepang yang membangun perusahaannya di sini. Perlu kalian ketahui, orang Jepang biasanya tidak dengan mudah dapat beradaptasi secara bahasanya, jadi pekerjaan sebagai penerjemah di sini sangat menguntungkan. Apalagi gaji yang kalian dapetin nanti menyesuaikan kebijakan dari Jepang sendiri yang notabene lebih tinggi daripada perusahaan Indonesia. Lebih lanjut, kalau kalian lebih suka yang berbau politik dan administrasi negara, kalian juga bisa bergabung menjadi staff di kedutaan besar Jepang. Pastinya seru kan, bisa kerja sambil jalan-jalan ke berbagai negara, dibayarin pula.

Nah, untuk merintis karir yang bakal kalian ambil ke depannya, tips aku adalah ambil setiap kesempatan yang ada di perkuliahan nanti. Beasiswa, summer class, pertukaran pelajar, dan magang di perusahaan Jepang menjadi privilege kalian di sini. Hampir setiap semesternya akan ada program-program yang bisa menunjang pengalaman dan pengetahuan kalian tentang Jepang. Pokoknya jangan sampai kalian lewatin!

Mulai dari sekarang, kalian juga harus menyiapkan bekal untuk UTBK nanti ya! Mengingat saat ini jurusan Studi Kejepangan khususnya di Universitas Airlangga telah terakreditasi A. Selain itu, minat dari calon mahasiswa yang tinggi terhadap jurusan ini juga menjadi salah satu faktor mengapa tingkat ketetatan atau peluang masuk jurusan jadi semakin bersaing. Gimana, udah semakin tertarik masuk jurusan Studi Kejepangan? Aku tunggu kalian tahun ini ya!

Jumat, 10 April 2020

Tari Jaranan Raksasa asal Trenggalek

             Jawa Timur merupakan satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi ini memiliki banyak sekali ragam budaya yang terdiri dari kesenian, upacara adat, maupun dialek. Semua itu tersebar pada 29 kabupaten dan 9 kota yang berada di dalamnya. Ibukotanya yaitu Surabaya yang letaknya di bagian timur pulau Jawa.
            Salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki kesenian luar biasa adalah Trenggalek. Trenggalek terletak di bagian selatan, di antara kabupaten Ponorogo, Tulungagung, dan Pacitan. Kesenian yang paling terkenal di sini adalah tari Turonggo Yakso. Tarian ini berasal dari kecamatan Dongko dan menggambarkan tentang raksasa yang mengganggu aktivitas masyarakat. Namun kemudian dapat dikalahkan oleh para ksatria. Jadi, tarian ini lebih menekankan pada aksi heroik sang ksatria.
            Sejarah tarian ini berhubungan dengan upacara baritan yang juga dilaksanakan di sini. Baritan berasal dari kata “bubar ngarit tanduran” yang artinya selesai memanen padi. Karena upacara ini memang dilaksanakan setelah panen raya. Saat inilah tari turonggo yakso muncul untuk memeriahkan upacara tersebut. Selanjutnya tarian ini pun dilestarikan dan tidak hanya ditampilkan saat panen raya, namun saat menyambut tamu, acara khitanan, maupun yang lainnya.
            Perbedaan yang paling mendasar dari tari ini dengan tari jaranan yang lain adalah dilihat dari properti kuda yang digunakan karena berukuran besar dan menampilkan sosok kepala raksasa dengan badan kuda. Sebenarnya pada awal pertunjukannya, tarian ini hanya dibawakan oleh 6-8 orang saja. Namun karena perkembangan zaman, akhirnya anggota penari pun lebih fleksibel dan menyesuaikan kebutuhan saja.
            Tarian ini selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat Trenggalek khususnya, karena pada setiap tahunnya diselenggarakan festival yang pesertanya terdiri dari berbagai daerah di Jawa Timur. Selain itu, Turonggo Yakso juga sudah pernah ditampilkan di Jepang dan Korea dalam beberapa event yang diselenggarakan di sana. Saat ini pun sudah ada beberapa sekolah yang menjadikan tari Turonggo Yakso sebagai ekstrakurikulernya. Tentu hal ini sangat membanggakan dan menjadi titik awal agar kesenian ini dapat semakin dikenal, entah bagi masyarakat Indonesia maupun mancanegara. Dengan adanya kesenian ini, potensi Jawa Timur pun akan terus meningkat.
            Dapat dilihat bahwa pemerintah Jawa Timur khususnya telah memperhatikan dengan baik potensi-potensi yang terkandung pada daerahnya. Hal ini tentu dapat menghindari terjadinya klaim dari negara lain atas kebudayaan yang dimiliki. Selain itu dengan adanya pelaksanaan festival, pertunjukkan di luar negeri, maupun pengajaran di sekolah, menjadikan dikenalnya kesenian ini secara perlahan-lahan.

Sumber:
https://koranmemo.com/festival-jaranan-turonggo-yakso-pernah-tampil-di-jepang-dan-korsel/