LAPORAN HASIL PENELITIAN
TERJADINYA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN
TRENGGALEK
Disusun Oleh:
Allien Agatha Inari (04)
Nisrina Fauziyah Fahrudin (23)
PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMAN 1 TRENGGALEK
Jalan Soekarno-Hatta No.
13 TRENGGALEK 66311
TELP. (0335) 791401
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
LEMBAR
PENGESAHAN
Penyusun laporan hasil penelitian dengan tema
“Terjadinya Tanah Longsor di Kabupaten Trenggalek”
Disusun oleh :
1. Allien Agatha Inari (04)
2. Nisrina Fauziyah Fahrudin (23)
Kelas: X-IPS 1
Mengetahui,
Kepala Sekolah Pembimbing
Drs. Sugeng Riyono, M.
Pd. Suprapto, S.Pd.
NIP. 19630507 198702 1 005 NIP.
NIP. 19630507 198702 1 005 NIP.
PERSEMBAHAN DAN MOTTO
PERSEMBAHAN
Laporan hasil penelitian ini dipersembahkan kepada :
1. Kepala
Sekolah SMA Negeri 1 Trenggalek
2. Pembimbing,
guru-guru dan staf karyawan SMA Negeri 1 Trenggalek.
3. Orang tua dan keluarga yang telah mendukung dan
memberikan semangat sampai selesainya pelaksanaan penelitian.
4. Teman-teman
X-IPS 1
5. Adik-adik kelas yang akan melaksanakan kegiatan
penelitian untuk program kegiatan periode selanjutnya.
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)
yang lain. (Q.S Al-Insyirah 7-8).
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan restu-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul “Terjadinya
Tanah Longsor di Kabupaten Trenggalek” dengan tepat waktu.
Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Sugeng Riyono selaku Kepala SMAN 1 Trenggalek.
2.
Kedua orang tua kami.
3.
Teman-teman kelas X-IPS 1.
Pada laporan hasil
penelitian ini, kami diharuskan untuk mengetahui dan memahami penyebab tanah
longsor yang kerap terjadi di Kabupaten Trenggalek.
Laporan ini kami
kerjakan untuk memenuhi nilai mata pelajaran geografi yang diberikan beberapa
waktu yang lalu. Selain itu, dengan adanya tugas ini kami dapat mengetahui
hal-hal yang berhubungan dengan penelitian geografi.
Kami berharap laporan
hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai penyebab, akibat, dan
solusi dari terjadinya tanah longsor dan untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk dari isi yang salah agar menjadi lebih baik lagi.
Trenggalek,
02 November 2016
Penyusun
ABSTRAK
Tanah
Longsor merupakan gerakan massa tanah pembentuk lereng. Penyebab dan sifat dari
gerakan massa tanah atau longsor umumnya tidak bisa terlihat, karena
penyebabnya tertutup oleh endapan geologi dan sistem air tanah. Tujuan penelitian
ini untuk mengidentifikasi faktor utama penyebab longsor dan mengetahui nilai
faktor aman stabilitas lereng tanpa
pengaruh muka air tanah dan dengan pengaruh muka air tanah di Desa Pucanganak
Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek.
Variabel
yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan peta meliputi curah hujan,
kemiringan lereng, geologi, jenis tanah dan penggunaan lahan. Penyelidikan
tanah dilakukan dengan pengujian hand boring
di lapangan dan uji karakteristik material di laboratorium. Analisis numeris
stabilitas lereng dilakukan dengan menggunakan aplikasi Geo
Slope/W pada lereng tanpa pengaruh muka air tanah dan
dengan pengaruh muka air tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor
curah hujan berada pada 1108,5-2855,5 mm/tahun. Faktor kemiringan lereng berada
di kemiringan 0-15%. Faktor geologi berada di formasi (Tmb), yaitu jenis batuan
diorit, diorit kuarsa, granodiorit, dan adamelit. Faktor jenis tanah berada
pada jenis tanah brown forest soil, alluvial
serta alluvial hidromorf. Faktor penggunaan
lahan berupa lahan pertanian kering campur semak. Berdasarkan hasil analisis
numeris, faktor keamanan tanpa pengaruh muka air pada lima lokasi pengujian
yaitu FK = 1,012-1,869. Faktor keamanan dengan pengaruh muka air pada lima
lokasi pengujian yaitu FK = 0,865-1,627
DAFTAR ISI
Halaman
Pengesahan................................................................... 01
Halaman Persembahan dan Motto............................................... 02
Kata Pengantar ............................................................................ 03
Abstrak......................................................................................... 04
Daftar Isi
....................................................................................... 05
Bab
I Pendahuluan
A. Latar Belakang...................................................................... 06
B. Identifikasi Masalah
............................................................. 08
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 08
D. Manfaat Penelitian................................................................ 08
Bab II Metodologi Penelitian
A. Populasi
dan Penentuan Sampel Penelitian................... 09
B. Metode Pengumpulan Data............................................ 09
C. Model Analisis............................................................... 10
Bab
III Pembahasan
A.
Lokasi sebaran area kejadian longsor................................ 11
B. Karakter dan pola tanah atau area yang terjadi................. 11
C. Penyebab-penyebab terjadinya longsor.............................. 11
D. Fakfor-faktor penyebab utama terjadinya
longsor.............. 13
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan................................................................... 15
B. Saran
............................................................................. 15
Daftar
Pustaka............................................................................. 17
Lampiran...................................................................................... 18
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jenis tanah pelapukan yang sering
dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki
komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah
pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan
dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor
pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan
tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut
rawan bencana tanah longsor.
Tanah longsor adalah perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material
campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya
tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut. Air yang meresap ke dalam
tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap
air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni:
longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan
tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling
banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan
korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
Daerah
Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur khususnya Desa Pucanganak Kecamatan
Tugu merupakan contoh dari banyak daerah di Indonesia yang rawan terhadap
proses longsor. Desakan akan kebutuhan lahan baik untuk penggunaan pertanian
dan non pertanian telah memaksa penduduk yang tinggal di wilayah tersebut untuk
memanfaatkan lahan perbukitan dan pegunungan yang rawan terhadap tanah longsor.
Kurangnya pemahaman atas perilaku proses longsor telah mengakibatkan kegiatan
konservasi yang dilakukan tidak sesuai dengan proses ataupun tingkat bahaya
longsor yang terjadi. Maka untuk itulah diperlukan identifikasi penyebab
longsor agar dapat diketahui penyebab utama longsor dan mengetahui berapa besar
faktor keamanan pada lereng tersebut.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1.
Bagaimana
lokasi sebaran area kejadian longsor di daerah penelitian?
2.
Bagaimana
karakter dan pola tanah atau area yang mengalami longsor di daerah penelitian?
3.
Apa penyebab-penyebab terjadinya longsor di daerah
penelitian?
4.
Apa
fakfor-faktor penyebab utama terjadinya longsor di daerah penelitian?
C. TUJUAN PENELITIAN
1.
Mengetahui lokasi sebaran area kejadian longsor di daerah
penelitian.
2.
Mengetahui karakter dan pola tanah atau area yang mengalami
longsor yang terjadi di daerah penelitian.
3.
Mengidentifikasi dan mengevaluasi penyebab-penyebab terjadinya longsor di daerah
penelitian.
4.
Menentukan fakfor-faktor penyebab utama terjadinya
longsor di daerah penelitian.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang gambaran penyebab-penyebab
longsor berdasarkan kejadian longsor yang telah terjadi sehingga mampu menjadi
rujukan dalam pencegahan dan mitigasi bencana tanah longsor
BAB
II
METODOLOGI
PENELITIAN
A. POPULASI DAN
PENENTUAN SAMPEL PENELITIAN
Di antara kecamatan-kecamatan di
Trenggalek yang rentan gerakan tanah tingkat menengah hingga tinggi, yakni
Kecamatan Bendungan, Kecamatan Trenggalek, Tugu, Durenan, Karangan, Pule,
Punggul, Kambak, Watulimo dan Munjungan.
Jalur
jalan yang berada pada Kecamatan Sawoo sampai dengan Kecamatan Tugu merupakan
satu-satunya jalur penghubung antara Kabupaten Ponorogo dengan Kabupaten
Trenggalek. Panjang jalur tersebut ± 16 Km, serta merupakan jalur
provinsi penghubung kedua kabupaten tersebut. Pada musim hujan, jalur ini rawan
terhadap bencana longsor. Melihat kondisi wilayah tersebut ada beberapa
tempat yang mempunyai potensi rawan longsor. Namun permasalahannya lokasi rawan
longsor pada jalur tersebut hingga saat ini belum teridentifikasikan dan belum
terpetakan. Akibatnya belum ada penanganan yang tepat untuk mengatasi bahaya
longsor tanah karena penanganan setiap tipe longsor berbeda satu dengan dengan
yang lainnya.
Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan karakteristik medan daerah penelitian, lokasi-lokasi yang
berpotensi terjadinya longsor tanah, serta kemungkinan tipe longsor tanah yang
berkembang di sepanjang jalur Ponorogo–Trenggalek.
B. METODE
PENGUMPULAN DATA
Metode
penelitian yang digunakan adalah survey. Berdasarkan jenisnya penelitian
ini bersifat deskriptif. Subjek penelitian dispesifikan pada daerah rawan
longsor di sepanjang jalur jalan Ponorogo–Trenggalek yang melintasi Desa Sawoo
Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo sampai Desa Pucanganak Kecamatan Tugu
Kabupaten Trenggalek. Identifikasi daerah rawan longsor diamati berdasarkan
beberapa variabel yaitu kemiringan lereng, pemusatan mata air, tingkat
pelapukan tanah, kerapatan kekar, kedalaman pelapukan, struktur lapisan batuan,
permebilitas tanah, indeks plastisitas, tekstur tanah, penggalian tebing dan
vegetasi penutup.
Berdasarkan penelitian-penelitian
yang dilakukan dan studi-studi yang menyeluruh tentang keruntuhan lereng, maka
dibagi tiga kelompok rentang faktor keamanan (SF) ditinjau dari intensitas
kelongsorannya (Bowles, 1989 dalam Suludani, 2011), seperti ditunjukkan dalam
Tabel 1.
Tabel. 1 Hubungan Nilai Faktor Keamanan Lereng dan
Intensitas Longsor (Bowles, 1989 dalam Suludani, 2011).
Nilai Faktor Keamanan
|
Kejadian/Intensitas Longsor
|
F <
1,07
|
Longsor
sering terjadi (lereng labil)
|
F =
1,07-1,25
|
Longsor
pernah terjadi (lereng kritis)
|
F >
1,25
|
Longsor
jarang terjadi (lereng relatif stabil)
|
Faktor
penyebab longsor dideskripsi berdasarkan pengamatan dan peta-peta seperti peta
curah hujan, kemiringan lereng, geologi, jenis tanah, dan penggunaan lahan. Dan
pada penelitian stabilitas lereng digunakan juga jenis penelitian kuantitatif,
yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk
angka-angka yang didapatkan dari hasil uji tanah di lapangan dan di laboratorium,
serta menganalisis faktor keamanan lereng dengan menggunakan software
Geo Slope/W.
C. MODEL ANALISIS
Analisis
dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan peta, tabel dan
literatur-literatur selanjutnya dikombinasikan dengan kondisi langsung di
lapangan sehingga dapat diketahui penyebab kejadian longsor.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
LOKASI SEBARAN AREA KEJADIAN
LONGSOR
Enam kecamatan di Kabupaten Trenggalek terjadi
longsor yang disebabkan curah hujan diatas batas normal. Kecamatan itu antara
lain, Bendungan, Pogalan, Trenggalek, Karangan, Tugu dan Gandusari. Banjir
bandang dan tanah longsor di Kabupaten Trenggalek terjadi karena di daerah
tersebut banyak daerah perbukitan yang sedang dan terjal, sedangkan daerah
datar sedikit sekali, sehingga secara otomatis bila diguyur hujan deras, maka
terjadi tanah longsor. Daerah-daerah tersebut kondisi tanahnya sangat rentan,
sehingga terjadi gerakan tanah, dan juga kemiringan lerengnya akan semakin
membuat daerah tersebut menjadi labil, terutama jika dipicu oleh hujan lebat.
B.
KARAKTER DAN POLA AREA YANG
MENGALAMI LONGSOR
Hasil
penelitian menunjukkan daerah penelitian mempunyai karakteristik lahan
kemiringan lereng terjal, terdapat 1 pusat mata air, tingkat pelapukan batuan
lapuk sedang, kerapatan kekar rapat, kedalaman pelapukan agak dangkal, struktur
perlapisan batuan sedang, permeabilitas tanah tinggi, indeks plastisitas tanah
sedang, terkstur tanah lempung berpasir, penggalian tebing dangkal di kaki
lereng serta penutup lahan berupa kebun. Tingkat kerentanan bahaya longsor
tanah tanah terbagi menjadi 3 kriteria yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil
pengolahan serta analisis data menunjukkan bahwa pada daerah penelitian
didominasi krtiteria tingkat kerentanan bahaya longsor sedang dengan luas 24,99
km² pada satuan medan V6.III.Sh, V3.II.P, V3.III.P, V3.III.Kb, A2.II.Ps,
A2.II.Pk, A2.II. Ptks, tinggi dengan luas 6,569 km² pada satuan medan
V3.III.Tl, V3.III.BS , V3.III.Ptks, serta rendah dengan luas 1,928 km² pada
satuan medan V6.II.Sh dan V3.II.Tl. Tipe longsor yang berkembang pada daerah
penelitian adalah Jatuhan, robohan, longsoran, dan rayapan tanah. Sedang
kriteria longsor terbagi menjadi amblesan jalan dan longsoran tebing.
C.
PENYEBAB - PENYEBAB TERJADINYA TANAH
LONGSOR
1. Curah Hujan Tinggi
Data
curah hujan bulanan pada daerah penelitian berdasarkan data pencatatan hujan
tahun 2013-2016 seperti yang ditunjukkan pada gambar
1.
2. Hancurnya Bebatuan
Batu
yang rentan longsor adalah bebatuan yang berada di lereng, dengan jenis batu yaitu
sedimen kecil dan batuan endapan yang berasal dari gunung berapi. Biasanya batu
di lereng itu sifatnya lapuk atau tidak memiliki kekuatan dan mudah hancur
menjadi tanah, inilah pemicu terjadinya tanah longsor.
3.
Penggunaan Lahan Yang
Berlebihan
Sebagian besar
didominasi oleh semak belukar, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering
campur semak, dan pemukiman. Daerah
hutan sebagai penahan air sangat kurang pada daerah yang mengalami longsor.
4. Getaran
Getaran kecil yang disebabkan oleh lalu lintas
kendaraan di sekitar lereng perbukitan, tidak secara langsung mengakibatkan
tanah jadi longsor. Tetapi berproses, pertama jalanan di lereng bukit yang
sering dilewati kendaraan perlahan akan mengalami keretakan yang jika
dibiarkan, lama-lama akan longsor. Sementara getaran besar yang langsung
menyebabkan tanah longsor antara lain diakibatkan oleh bahan peledak atau gempa
bumi.
5. Lereng dan Tebing yang Terjal
Proses pembentukan lereng atau tebing terjal adalah
lewatnya angin dan air di sekitar lereng yang berdampak pada pengikisan lereng
tersebut. Waspada jika di sekitar tempat tinggal terdapat tebing atau lereng
terjal, karena rawan tanah longsor.
6.
Menumpuknya
Material
Banyak
warga yang ingin melakukan perluasan pemukiman dengan cara menimbun lembah atau
memotong tebing. Tanah yang digunakan untuk menimbun lembah, belum benar-benar
padat, jadi tatkala proses terjadinya hujan tiba-tiba mengguyur dapat
menimbulkan retakan dan permukaan tanah yang turun.
7.
Longsoran
Lama
Dalam
memilih daerah tempat tinggal, hindari daerah yang pernah mengalami tanah
longsor karena daerah tersebut rawan longsor kembali. Tanahnya rentan gugur
apalagi bila ada tekanan dari angin, air, dan lainnya.
8.
Kelebihan
Beban
Adanya
beban yang terlampau berat akan memberi tekanan pada tanah, sehingga tanah
mudah longsor. Contohnya adalah adanya rumah, pemukiman di lereng, kendaraan
yang lalu lalang di tikungan lembah.
9.
Tanah
Tak Padat
Tanah
yang tidak padat contohnya adalah tanah liat. Sifat tanah yang pecah ketika pada
pembagian musim seperti musim kemarau atau kering melanda dan lembek saat
terkena curah hujan tinggi menyebabkan rawan mengalami longsor. Tanah yang
kurang lebih ketebalannya 2,5 meter akan longsor jika terdapat pada kemiringan
atau sudut lereng 220°.
D.
FAKTOR - FAKTOR UTAMA PENYEBAB LONGSOR
1.
Curah Hujan
Faktor curah hujan memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap longsor.
Hal ini berdasarkan data curah hujan terendah 1108,5 mm/tahun dan yang
tertinggi yaitu 2855,5 mm/tahun.
2.
Kemiringan Lereng
Faktor kemiringan lereng yang berada pada lokasi penelitian terletak di
kemiringan 0-15%, memiliki tingkat kerawanan rendah terhadap longsor.
3.
Geologi
Berdasarkan peta geologi formasi geologi Desa Pucanganak
dikelompokkan menjadi dua formasi yaitu: (Tmb) tersusun dari diorit, diorit
kuarsa, granodiorit, dan adamelit serta (Qpl) tersusun dari batu lempung
kelabu, batu pasir berbutir halus hingga kasar serta kerikil.
4. Jenis Tanah
Desa
Pucanganak memiliki dua jenis tanah, dimana jenis tanah brown
forest soil, aluvial, aluvial hidromorf mendominasi daerah
penelitian dengan luas 131,796 ha (86,42%) sedangkan jenis tanah mediteran
merah kuning, dan latosol memiliki luas 20,715 ha (13,58%).
5. Penggunaan Lahan
Sebagian besar
didominasi oleh semak belukar dengan luas 69,81 ha (45,77%), pertanian lahan
kering dengan luas 51,82 ha (33,98%), pertanian lahan kering campur semak
dengan luas 23,55 ha (15,44%), dan pemukiman 7,33 ha (4,8%).
6.
Pemetaan Tingkat Kerawanan Longsor
Pemetaan
tingkat kerawanan longsor diperoleh melalui overlay dari beberapa peta yang
digunakan sebagai parameter fisik faktor penyebab terjadinya longsor. Peta-peta
yang digunakan dalam parameter tersebut meliputi peta curah hujan, peta kelas
lereng, peta jenis tanah, peta geologi, dan peta penggunaan lahan. Penetapan
tingkat kerawanan longsor dilakukan dengan cara memberikan bobot atau nilai
pada setiap parameter penyebab terjadinya longsor.
Tabel 2 Hasil Analisis
Sebaran Luas Tingkat Kerawanan Longsor
No
|
Tingkat Kerawanan
|
Luas
(Ha)
|
Persentase
(%)
|
1
|
Tidak
Rawan
|
55,062
|
36,10
|
2
|
Rawan
|
50,051
|
32,82
|
3
|
Sangat
Rawan
|
47,399
|
31,08
|
Jumlah
|
152,511
|
100
|
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari laporan yang kami buat dapat
menarik kesimpulan, diantaranya: tanah longsor adalah perpindahan material
pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran
tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Faktor penyebab
terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun
lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan
pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai factor
alami dan manusia.
Terjadinya bencana alam tanah
longsor ini dapat diminimalkan dengan memberdayakan masyarakat untuk mengenali
tipologi lereng yang rawan longsor, gejala awal longsor, serta upaya antisipasi
dini yang harus dilakukan, sehingga pengembangan dan penyempurnaan manajemen
mitigasi gerakan tanah baik dalam skala nasional, regional maupun lokal secara
berkelanjutan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan
menggalang kebersamaan segenap lapisan masyarakat.
B. SARAN
Bencana bisa
terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harus mengetahui jenis-jenis
bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencana dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya.
Kami sampaikan kepada semua pihak
untuk mengantisipasi dan penanggulangan bencana agar tidak menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup, korban meninggal dan kerugian harta benda yang
besar.
1. Peran
serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan pelestarian
lingkungan, karena sebagian bencana yang terjadi diakibatkan oleh kerusakan
lingkungan.
2. Sedapat
mungkin tidak tinggal di tempat atau daerah rawan bencana, agar tidak
terjadi korban dan kerugian yang besar.
3. Masyarakat
pada umumnya harus mengetahui baik melalui Media Elektronik (radio, TV dan
internet) maupun Media Cetak (buku literature, surat kabar, majalah) tentang
bencana-bencana yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi atau menyelamatkan
diri.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen
Pekerjaan Umum, 2007, Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Bencana
Longsor, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar